Naskah drama ini disalin dari buku Sumur Tanpa Dasar karya Arifin C. Noer, Penerbit PT. Pustaka Utama Grafiti, Jakrta, 1980 dengan catatan:
Publikasi naskah ini dimaksudkan sebagai upaya penyediaan naskah drama dan sebagai bahan referensi pembelajaran bagi individu atau kelompok-kelompok teater yang membutuhkannya. Disarankan bagi siapa saja yang memiliki cukup akses, agar membeli buku terkait. Itupun dalam upaya membantu pengarang dan keluarganya. Kekayaan hak intelektual naskah ini tetap ada pada pengarangnya. Dan dimohon bagi pengunduh naskah ini untuk tidak menghapus catatan ini, sebagai bukti pertanggung jawaban saya sebagai pihak yang mengetik ulang. Terima kasih.
Lee Birkin
PENGANTAR
LAKON INI DITULIS, DISUTRADARI DAN DIPENTASKAN PERTAMA KALI OLEH ARIFIN C NOER, DI BAWAH BENDERA TEATER MUSLIM. PADA TAHUN 1971, LAKON INI KEMBALI DISUTRADARAI DAN DIPENTASKAN ARIFIN C. NOER, DI TIM JAKARTA, DI BAWAH BENDERA TEATER KETJIL.
KEBERHASILAN PEMENTASAN LAKON INI, DISUSUL OLEH SEJUMLAH PEMENTASAN LAKON LAINNYA, BAIK KARYANYA SENDIRI MAUPUN KARYA-KARYA TERJEMAHAN, MISALNYA KAPAI-KAPAI, ZORRO, ORKES MADUN, ATAU MACBETH (EUGENE IONESCO) FAUST (GOETHE) DAN FLIES (SARTRE), MENGUNDANG REAKSI PARA PENGAMAT TEATER. REAKSI ITU KEMUDIAN MENEMPATKAN SOSOK ARIFIN C. NOER SEBAGAI SALAH SEORANG PENULIS LAKON TERKEMUKA NEGERI INI, SEKALIGUS SEBAGAI PENYAIR, SUTRADARA DAN KEMUDIAN PENULIS SCENARIO FILM TERNAMA.
SEBAGAI LAKON YANG EKSPERIMENTALISTIK “SUMUR TANPA DASAR” UNIKNYA SAMA SEKALI TIDAK BERCIRI ABSURDITAS MURNI – HAL YANG MENGGEJALA DALAM KARYA-KARYA SASTRA MODERN INDONESIA ERA 70’AN – TETAPI JUSTRU MEMPERLIHATKAN UPAYA PERSENYAWAAN KREATIF ANTARA TRADISI TEATER MODERN BARAT PASCA REALISME DENGAN TEATER TRADISIONAL KITA; TEATER RAKYAT, KHUSUSNYA LENONG BETAWI DAN TARLING CIREBON. HASIL PERSENYAWAAN INI, MELALUI PERALATAN SIMBOLISME, DIEKSPRESIKAN ARIFIN C. NOER KE DALAM LAKONNYA INI, SEHINGGA KITA AKAN BEROLEH PERISTIWA YANG BERSUASANA KONTEMPLATIF TENTANG KONFLIK KEJIWAAN TOKOH UTAMANYA, JUMENA WARTAWANGSA – KONFLIK MENGENAI PERSOALAN IMAN DAN EKSISTENSI DIRI HIDUP JUMENA IBARAT SUMUR TANPA DASAR; GELAP DAN TAK BERUJUNG, MENGGAPAI-GAPAI
Jakarta, Agustus 1989
DRAMATIC PERSONAE
JUMENA WARTAWANGSA: Lelaki Tua
EUIS: Istrinya
PEREMPUAN TUA: Pembantunya
MARJUKI KARTADILAGA: Adik angkatnya
SABARUDDIN NATAPRAWIRA; Guru Agama
WARYA: Pegawainya
EMOD: Pegawainya
KAMIL: Si Sinting
LELAKI: Pelukis Sinting
MARKABA: Tokoh Jahat
LODOD: Tokoh Idiot
PEMBURU Alias SANGKAKALA
KABUT-KABUT, ORANG-ORANG
Dan LAIN-LAIN
WAKTU: Kapan Saja
TEMPAT: Di rumah, dalam pikiran Jumena Martawangsa atau di mana saja
BAGIAN PERTAMA
1
SANDIWARA INI KITA MULAI DENGAN SUARA DETAK-DETIK LONCENG YANG MENGGEMA MEMENUHI RUANG. SUARA DETAK-DETIK INI BERJATUHAN SEDEMIKIAN RUPA SEHINGGA MENIMBULKAN BERMACAM-MACAM ASOSIASI. SESEKALI DI SELA-SELA SUARA INI MENYAYUP PANJANG LOLONG ANJING ATAU SRIGALA YANG SEDANG ‘MERAIH’ BULAN.
2
LONCENG ITU ANTIC, TUA, AGUNG DAN KUKUH PENUH RAHASIA. DARI RONGGA LONCENG MUNCUL KABUT-KABUT ATAU PARA PEMAIN YANG MELUKISKAN KABUT-KABUT. MEREKA MELANGKAH MENGENDAP-ENDAP UNTUK SELANJUTNYA SECARA PENUH RAHASIA MENYEBAR KE SEGENAP ARAH DAN SEGERA GAIB SIRNA.
3
PIGURA ITU TANPA GAMBAR TANPA POTO, KOSONG, TERGANTUNG SUNYI DAN PENUH RAHASIA
4
DI ATAS KURSI GOYANG JUMENA MARTAWANGSA BERGOYANG-GOYANG SUNYI. TAMPAK SESAK PERNAFASANNYA. SEKALI PUN BEGITU, KEDUA MATANYA MASIH MENYOROTKAN PANDANGAN YANG TAJAM. AMAT TAJAM. DAN DALAM KEADAAN SEPER JUMENA KELIHATAN SEPERTI SEDANG MENGHITUNG DETAK-DETIK LONCENG.
SEJAK TADI, SEONGGOK KABUT BERDIRI DI SAMPINGNYA MEMEAINKAN SEHELAI TALI YANG SIAP UNTUK MENGGANTUNG LEHER. AGAK BEBERAPA SAAT JUMENA MENIMBANG-NIMBANG TALI ITU. KEMUDIAN KABUT ITU MENDEKATKAN TALI GANTUNGAN ITU DAN JUMENA MENCOBA MEMASANG PADA LEHERNYA. DIA TERTAWA.
JUMENA
Kalau saya bunuh diri, sandiwara ini tidak akan pernah ada
Sambil tertawa ia memberikan isyarat agar kabut pembawa tali pergi. Dan pada saat itu detak-detik lonceng semakin lantang. Dari rongga lonceng muncul Sang Kala alias Pemburu yang siap dengan senapannya. Ketika senapan itu meletus, terkumpullah seluruh amarah dan kekagetan Jumena
JUMENA
Bangsat!
TATKALA SANG KALA GAIB BERDENTANGANLAH LONCENG ITU. KEMUDIAN BERDENTANG JUGALAH BERJUTA LONCENG-LONCENG DAN WEKER. SEDEMIKIAN RUPA SUARA ITU MENEROR SEHINGGA MENYEBABKAN JUMENA BANGKIT. DAN PADA SAAT JUMENA BERDIRI, HENING MENGGANTIKAN SUASANA. LALU JUMENA DUDUK KEMBALI.
PEREMPUAN TUA MUNCUL MENGGANTI TEMPOLONG LUDAH DI KAKI KURSI GOYANG DENGAN TEMPOLONG YANG LAIN.
P. TUA (Sambil pergi)
Terlalu bernafsu. Pucat sekali wajahnya
5
ENTAH DARI SEBELAH MANA EUIS MUNCUL
JUMENA
Kalau saya bisa percaya, saya tenang. Kalau saya bisa tidak percaya, saya tenang. Kalau saya percaya dan bisa tidak percaya, saya tenang. Tapi saya tidak percaya dan tidak bisa tidak percaya, jadi saya tidak tenang. Tapi juga kalau saya tenang, tak akan pernah ada sandiwara ini
EUIS
Akang
JUMENA
Euis
EUIS
Apa yang akang lihat?
JUMENA
Kau
EUIS
Kenapa?
JUMENA
Ingin tahu apa kau betul-betul cantik
EUIS MERANGKUL DAN MENCIUMI JUMENA, TELINGA JUMENA DAN LAIN-LAIN SEHINGGA MEMBUAT JUMENA KEGELIAN. KEDUANYA TERTAWA-TAWA. SEKONYONG-KONYONG JUMENA MEMATUNG, MURUNG
EUIS
Kenapa, Akang?
(Jumena Memainkan Bulu Matanya Sendiri)
Kenapa tiba-tiba muram, Akang?
JUMENA (Manja-tua)
Umur Euis berapa?
EUIS
Dua enam
JUMENA
Itulah sebabnya!
EUIS
Percayalah akang. Euis akan tetap mencintai akang sekalipun umur akang delapan puluh tiga tahun
JUMENA
Betul?
EUIS
sumpah
JUMENA
Kalau delapan lima?
EUIS
Cinta
JUMENA
Seratus tahun?
EUIS
Euis akan tetap menciumi leher akang
KEMBALI EUIS MERANGKUL DAN MENCIUMI LEHER JUMENA DAN LAIN-LAIN. KEDUA-DUANYA TERTAWA
JUMENA
Kalau saja saya tahu kau betul-betul mencintai saya
EUIS
Euis sangat cinta pada akang
JUMENA
Menyenangkan sekali kalau itu benar
EUIS
Betul Euis mencintai akang
JUMENA
Mungkin, saying akang tidak tahu persis
EUIS
Tidak perlu
JUMENA
Perlu. Bahkan akang juga ingin tahu apa betul akang bahagia
(Terus mereka berciuman dan tertawa-tawa)
Sesekali enak juga berhibur seperti ini
TERUS MEREKA BERCIUMAN DAN TERTAWA
6
ENTAH DARI MANA MARJUKI KARTADILAGA MUNCUL. IA TERSENYUM SAMBIL MENYEDOT PIPA ROKOKNYA
JUMENA (Kesal-sedih)
Kenapa kau rusak sendiri? Kenapa kau berubah? Lenyapkan itu
(Begitu melihat Marjuki, perhatian Euis beralih dan langsung merangkulnya)
Bangsat. Kau rusak sendiri. Semuanya kau rusak sendiri
(Dalam sunyi Jumena menimbang-nimbang sendiri apa yang baru diucapkannya)
Siapa bilang aneh? Semua ini mungkin saja terjadi. Tuhan, kenapa justru saya merasakan sesuatu semacam kenikmatan dengan segala pikiran-pikiran ini? Kau jebak saya, Tuhan. Kau jebak saya. Tega. Kau! (lalu mulai dengan pikirannya) saya kira mula-mula istri saya…. (Agak lama) Ya, mula-mula istri saya akan berlaku seperti bidadari
(Euis menutup wajahnya seperti seorang gadis kecil)
Mungkin saja….
EUIS (Gemetar)
Tidak mungkin Juki
JUKI
Mungkin saja
EUIS (Gemetar)
Tidak mungkin. Saya tidak bisa meninggalkan dia
JUKI
Segalanya mungkin. Tidak ada tidak mungkin
EUIS
Hati saya mulai bersuara lagi
JUKI
Kalau begitu kau sedang membunuh dirimu sendiri. Apa kamu merasa sedang dihukum? Apa ayahmu sedang melecutmu?
EUIS
Dada saya bergetar sangat kencangnya
JUMENA
Kalimat-kalimat ini berasal dari syahwat
Lolong anjing di kejauhan
EUIS
Kau dengar anjing yang melolong itu?
JUKI
Bukankah suara itu suara kita sendiri? Anjing yang melolong dan menggonggong? Bulan yang kuning
JUMENA
….suara-suara kesepian yang baka dan purba…
JUKI
Euis
EUIS (Sangat takut)
Juki, dia suami saya
JUKI
Dan saya?
EUIS (Bertubi-tubi menciumi Jumena)
Saya mencintai suami saya seperti saya mencintai ayah saya sendiri
JUMENA
Setiap kali dia berlebihan menciumi saya, terasa ciuman itu sebagai niat pembunuhan
JUKI (Melangkah akan pergi)
Baiklah!
JUMENA
Apa yang akan ia lakukan?
EUIS (Mengejar)
Marjuki!
JUMENA
Saya kira begitu
JUKI
Euis, musuh kita selama ini adalah perasaan. Kita harus memusnahkannya. Membunuhnya sama sekali. Kedua orang tua saya mati karena perasaan mereka sendiri. Mereka bangkrut karena mereka terlalu mencintai paman saya. Dan akhirnya mereka mati sebelum mati. karena saya tahu betul kejadian itu, tentu saja saya tidak mau bernasib sama seperti mereka. Saya harus menang terhadap perasaan saya dank au pun harus menang terhadap perasaanmu
EUIS
Tapi bagaimana pun dia suami saya
JUKI
Dan saya?
EUIS MENGGIGIT IBU JARINYA SENDIRI YANG KIRI
JUMENA
Apa yang diharapkan perempuan sebenarnya?
EUIS
Seorang suami yang mencintainya…
JUMENA
Saya sangsi…
JUKI
Dan sekalipun dia seorang perempuan atau banci? Tidak, sayang. Seorang perempuan selamanya hanyalah mengharapkan seorang laki-laki. Kalau tidak, pasti bukan perempuan. (Mendekat) lihatlah saya. Seorang laki-laki. Seluruhnya seratus persen
JUMENA
Kenapa membersit pikiran-pikiran seperti ini? Enyah! Enyah!
JUKI
Saya yakin ketika kau sendirian dalam kamar, kau sering duduk-duduk di muka cermin, dan kau tentu sangat suka berbicara pada dirimu dalam cermin
EUIS (Dalam cermin)
Saya seorang perempuan. Saya kesepian. Saya harus menerima apa adanya. Dia suara saya. Bagaimanapun!
JUKI
Kau tahu siapa yang membantah itu?
JUMENA (Melanjutkan)
Itulah musuhmu selama ini
JUKI
Perasaanmu!
EUIS
Tapi kalau itu kita kerjakan berbahaya. Lagi, kenapa kita harus…
JUKI
Bahaya harus berani kita tempuh kalau kita sungguh-sungguh menghendaki kepuasan dalam hidup kita
EUIS
Saya kira saya sudah cukup puas. Saya kira cukup itu…
JUKI
Euis, kau bisa gila karena kelemahanmu. Kau jangan cepat puas. Apa yang kita kecap dalam beberapa hari ini hanya sebagian kecil saja dari sukses. Kita belum mendapatkan semuanya. Jangan takut pada diri sendiri. Persetan itu hati nurani. Diri sendiri adalah milik kita sendiri. Kita harus bebas. Bebas seperti malam-malam dahulu ketika suamimu pergi ke Tasikmalaya. Malam-malam ketika alam yang murni mempertontonkan dirinya, di mana kita menjadi putra-puteri alam sejati, terbuka dan merdeka
Suara kecapi di kejauhan, sayup dibawa angina sesekali. Jumena memejamkan mata
JUKI (makin rapat merangkul Euis)
Masih ingat pada Abu nawas?
Euis menggaguk kecil. Manja
JUKI
Di tepi sebuah parit, raja berjongkok akan melaksanakan hajat besarnya. Tapi baru saja berjongkok, baginda marah-marah dengan dahsyat, sebab baginda melihat seonggok najis kampul-kampul lewat di bawah anusnya
JUMENA
Apa dia juga berdongeng seperti saya?
JUKI
Maka tatkala dilaporkan bahwa najis yang terombang-ambing itu adalah najis Abunawas, dipanggilnya Abunawas, “Abunawas!”
JUMENA
“Hamba, Tuanku”
JUKI
“Bukankah kau bersalah?”
JUMENA
Bahkan sebaliknya tuanku”
JUKI
“Ha?” Mata raja melotot
JUMENA
“Bahkan sebaliknya tuanku”
JUKI
“Hamba ingin menang sebagai pemuja nomor wahid paduka” Kata Abu Nawas “Saksikanlah kini, tuanku raja, sekarang terbuktilah bahwa Abunawas si warga Baghdad yang paling takjim hormatnya. Tidak saja orangnya suka mengiring ke mana gbaginda pergi, bahkan najisnya pun mengiring najis rajanya”
(Jumena cemberut, sedangkan Euis terpingkal-pingkal)
Sekalian pengawalnya tersenyum seraya manggut-manggut “Abunawas, kaulah permadani terbaik di kota Baghdad”
(Euis Semakin Terpingkal-Pingkal Sambil Menahan Perutnya)
Lucu?
EUIS
Sangat amat lucu
JUKI
Tidakkah Abunawas seorang yang cerdik?
EUIS
Cerdik sekali. Raja kecerdikan
JUKI
Ya, dan kecerdikan bukan berasal dari perasaan, tetapi dihasilkan oleh kepala dan pikiran. Kau mengerti?
JUMENA
Kejadian seperti ini adalah mungkin dan tidak mungkin. Bagaimana saya harus menaruh kepercayaan kepada orang? Ah, lebih baik duduk-duduk di teras
EUIS
Saya mengerti
JUKI
Kau ahrus betul-betul berani. Berani seperti malam-malam itu
EUIS
Saya betul-betul berani sekarang. Saya kira Abunawas adalah guru kita
JUKI
Masih kau merasa bersalah?
EUIS
Tidak. Saya yakin suami sayalah yang bersalah
JUMENA
Kalau saja dia berani nyerocos seperti itu
JUKI
Kenapa kau bilang begitu?
EUIS
Dia perakus. Mata duitan
(Jumena mengambil sesuatu dan melemparkannya ke pintu)
Pagi-pagi ia sudah pergi mengurus dagangannya, mengurusio pabrik-pabriknya. Pulang-pulang jam dua, jam tiga, lalu selama beberapa jam menghitung-hitung hartanya dan memandangi lemari hitamnya. Setelah maghrib ia menulis atau membaca, lalu pergi. Pulang-pulang jam sembilan, sebentar duduk-duduk minum the atau kopi lalu akhirnya kembali menghitung-hitung harta dan memandangi lemari hitamnya. Itulah semuanya yang dikerjakannya secara rutin seperti mesin, selama hampir lima tahun saya jadi istrinya.
JUMENA
Lalu apa yang diharapkan dari saya? Duduk-duduk menghabiskan waktu di bawah bulan seperti dalam film-film itu? Saya sudah Bosan!. Apa dia piker semuanya akan bisa diselesaikan hanya dengan senyum-senyum dan tiduran berbaring-baring di atas ranjang?
Sekiranya saja dia dapat membuktikan bahwa dengan cara seperti itu dapat digapai kebahagiaan hidup. Tidak! Saya sudah kecap semuanya, saya sudah jalani semuanya! Kosong. Dan cara mengisi hidup seperti itu terlalu mahal ongkosnya dan tidak produktif, apalagi kreatif. Selain bergurau di atas ranjang lama-lama menjemukan juga. Capek, linu-linu apalagi pada pinggang – ah, lebih baik duduk-duduk di teras -
EUIS
Tidak,. Kalau saya serong dengan lelaki lain, bukan salah saya
JUMENA
Mungkin. Tapi pasti bukan juga salah saya
EUIS
Benar, bukan?
JUKI
Bagi saya tak ada yang benar dan yang salah. Dan kenapa mesti ada yang salah dan benar?
JUMENA
Saya kira begitu. Bajingan
JUKI
Keduanya sama tidak penting
EUIS
Jadi?
JUKI
Tidak perlu kita mempertimbangkan keduanya. Kita hanya harus cepat mempergunakan setiap kesempatan kalau kita ingin berhasil dalam hidup. Dan saya selalu begitu
(Euis memandangi lelaki itu demikian lama dan tampak bergetaran bulu-bulu matanya. Kemudian Jumena pura-pura batuk. Dan duduk. Terkejut mendengar suara batuk)
Suamimu?
EUIS (Panik)
Aku masuk?
JUKI
Saya akan masuk ke WC
KEDUANNYA KELUAR
7
PEREMPUAN TUA MUNCUL MEMBAWA MAKANAN
P. TUA
Lebih baik makan malam dulu, gan
JUMENA (Masih melayang pikirannya)
Saya kira….
P. TUA
Di sini atau di ruang makan, gan? Di sana banyak angina, lebih baik di sini saja
JUMENA
Saya kira….
P. TUA
Tadi pak Warya ke sini
JUMENA (Segera)
Ada apa?
P. TUA
Sengaja menengok agan
JUMENA
Sekarang di mana dia?
P. TUA
Sudah pulang satu jam yang lalu
JUMENA
Kenapa dia tidak di suruh masuk? Ikut mogok seperti yang lain?
P. TUA
Saya kira tidak begitu. Pak Warya hanya tidak mau mengganggu agan tidur. Nyai bilang sejak sore, agan tidur nyenyak setelah hampir tiga hari sukar tidur. Nyai juga bilang agan mulai lega napasnya. Setelah tidur banyak harus makan banyak, gan, biar lekas sembuh
DETAK-DETIK LONCENG LANTANG MENGGEMA MEMENUHI RUANGAN, KEDUA MATA JUMENA MELOTOT DAN LEHER JUMENA KAKU, SEMENTARA PEREMPUAN TUA ITU TERUS BERBICARA TANPA SUARA
8
MUNCUL WARYA DAN EMOD. KEDUANYA MENGUTARAKAN SESUATU YANG SANGAT MENDESAK KEPADA JUMENA DENGAN KERAS TANPA SUARA. SETELAH BEBERAPA LAMA, PEREMPUAN TUA ITU MENINGGALKAN RUANGAN ITU. TETAPI IA KEMBALI MENDEKATI JUMENA , KETIKA JUMENA TIBA-TIBA BERBICARA KERAS SEKALI DAN MARAH. PEREMPUAN TUA DENGAN RASA KEIBUANNYA MEMIJAT-MIJAT BAHU JUMENA
JUMENA
Mau diapakan lagi? Saya tidak akan merobah keputusan saya. Saya tidak mau. Saya tetap tidak akan memberikan biar segopeng pun. Berapa kali sudah saya bilang sejak kalian jadi pengawas kedua bahwa standar gaji yang ada sekarang cukup baik, adil untuk semua pihak. Prinsip saya cukup realistis karena berdasarkan kebutuhan riil tiap-tiap keluarga. Lagipula saya sudah menghitung dengan cermat berapa setiap keluarga menghabiskan biaya setiap bulan dan berapa sisa yang bisa ditabung
EMOD
Maaf gan, tapi saya kira kebisaaan orang lain. Juga sifat orang. Maksud saya mungkin saja gaji yang diterima seseorang cukup besar tapi bukan tidak mungkin ada saja orang yang menganggapnya masih kurang.
JUMENA
Itu karena umumnya semua orang boros. Saya yakin itu. Cobalah kamu Tanya istri saya berapa ongkos rumah ini. Barangkali kamu tidak percaya kalau saya bilang ongkos bulanan rumah ini kurang dari gaji yang kamu terima setiap bulan
EMOD
Tapi ini keadaan istimewa, gan. Maksud saya tidak setiap kali orang mengadakan pesta perkawinan
JUMENA
Dengarkan. Kalau orang mau hemat dan rajin menabung, niscaya tidak akan mengalami kekurangan biar segobang pun. Bisa kalian buktikan bahwa standard an peraturan-peraturan yang saya buat merugikan? Kamu lupa gaji rata-rata di sini setengah kali lebih besar disbanding tempat-tempat lain? Coba kalian mampir ke pabrik tenun Mustopa atau pabrik minyak kacang Haji Bakri dan Tanya berapa orang-orang di sana terima gaji? Sekali lagi War, Mod. Kalau orang mau hemat, insaAllah tidak akan menemui kesulitan apa-apa. Dengan gaji yang mereka terima, mereka akan dapat membiayai ongkos pengobatan dan apa saja. Dan lagi, tidak masuk akal kalau saya pun harus menanggung biaya pemborosan kalian. Coba saja, kalian boros dan saya harus menanggung keborosan kalian, sinting namanya. Apalagi untuk pesta kawin, lebih sinting lagi.
SEMENTARA JUMENA BERBICARA, SEPANJANG ITU SEORANG DEMI SEORANG PARA PEKERJA. PADA WAJAH MEREKA HANYA TAMPAK TUNTUTAN-TUNTUTAN MEREKA. MAKA BEGITU SELESAI JUMENA BICARA SERENTAK MEREKA SEMUA BICARA, SANGAT KERAS DAN SANGAT KERAS. BAHKAN KETIKA MEREKA SUDAH MENINGGALKAN RUANG ITU MASIH TERDENGAR HIRUK PIKUK ITU.
DI TENGAH SUARA GADUH ITU JUMENA BERTERIAK “Pemboros semua! Pemalas! Kerbau! Kambing!” SAMBIL MENGHALAU MEREKA DAN MEREKA KELUAR
9
LAMPU PENTAS MENYUSUT DAN BURABH WARNA. MUNCUL SANG PEMBURU DARI RONGGA TUA ITU. TOKOH AGUNG INI SEMAKIN MEMBESAR DAN MEMBESAR, SEMENTARA ITU JUMENA TERKAPAR DI LANTAI. WAJAHNYA MENDONGAK TEGAK KE LANGIT-LANGIT
JUMENA
Datang juga kau
PEMBURU
Kapan pun datang juga
JUMENA
Datang juga kau
PEMBURU
Kapan pun datang juga
JUMENA
Kenapa kau datang?
PEMBURU
Kenapa kau datang?
JUMENA
Kenapa kau datang?
PEMBURU
Kenapa kau datang?
JUMENA
Kau permainkan saya
PEMBURU
Kau permainkan saya
SETELAH AGAK LAMA
JUMENA
Saya kira saya akan mati dua puluh tahun yang lalu
PEMBURU
Kau telah mati sejak kau mengira kau akan mati
JUMENA
Kau permainkan saya
PEMBURU
Kau permainkan saya
JUMENA
Dari siapa kau tahu saya akan mati?
PEMBURU
Kau sendiri yang mengatakannya
SETELAH AGAK LAMA
JUMENA
Jadi bagaimana?
PEMBURU
Apa?
JUMENA
Kapan saya mati?
PEMBURU
Tempo hari kau bilang kapan?
JUMENA
Dalam waktu dekat ini
SETELAH AGAK LAMA
Dalam waktu dekat ini?
PEMBURU
Kapan kau bilang tadi?
JUMENA
Dalam waktu dekat ini
PEMBURU
Kau percaya?
JUMENA
Ada yang membisikannya pada saya
PEMBURU
Siapa?
JUMENA
Saya sendiri
PEMBURU
Kau permainkan kau
KEMUDIAN SEGEROMBOLAN KABUT MENYEKAP JUMENA. TENTU SAJA KEADAAN ITU MEMBUTA JUMENA SUKAR BERNAFAS. MEGAP-MEGAP.
10
SETELAH KABUT-KABUT PERGI, SEMUA LAMPU MENYALA KECUALI PADA LONCENG. EUIS MUNCUL DAN TERKEJUT MELIHAT SUAMINYA SEDANG BATUK-BATUK PARAH BERJONGKOK DEKAT JENDELA.
EUIS
Akang (Menghampiri suaminya)
JUMENA (Segera bangkit)
Tidak apa-apa. Tidak apa-apa
EUIS
Sebaiknya akang makan. Euis tadi ngaji. Ini kan malam Jum’atan
(Jumena duduk dan tampak sesak sekali pernafasannya)
Euis suapi, akang?
JUMENA (Pada penonton)
Pasti ada apa-apa. Pasti ada apa-apa (Pada Euis) jangan berlebihan. Saya masih kuat mengangkat meja, apalagi sendok. Saya bisa menyuap sendiri (Mulai akan makan. Lama hanya melihat saja pada makanan) tak ada nafsu saya
EUIS
Dipaksa, akang
JUMENA
Siapa yang akan memaksa saya?
EUIS
Akang sendiri
JUMENA
Saya tidak mau. Saya juga tidak mau memaksa diri saya sendiri hanya agar saya makan. Sudah, berhenti kau bicara. Saya sedang kesesakan
EUIS
Euis gosok dengan….
JUMENA
Berhenti kau bermain sandiwara dan diam (Pergi duduk)
11
DETAK-DETIK LONCENG LANTANG. BERATUS LELAKI DAN PEREMPUAN MUNCUL DARIMANA-MANA. DI PENTAS TERJADI HIRUK PIKUK. DI ANTARA MEREKA KELIHATAN WARYA DAN EMOD DENGAN WAJAH BERANG DAN MENGHUNUS GOLOK BESAR. KEMUDIAN TIBA-TIBA DI SELA-SELA HIRUK-PIKUK TERDENGAR JERITAN SEORANG PEREMPUAN DAN BEBERAPA SUARA MENERIAKKAN “PEMBUNUHAN! PEMBUNUHAN!” KETIKA KUMPULAN ORANG ITU BUBAR, TERTINGGAL DUA LELAKI. KEDUANYA PENUH RAHASIA. MEREKA MARKABA DAN LODOD
JUMENA
Siapa mereka?
LODOD
Dia menanyakan kita (Tertawa)
MARKABA TERTAWA
JUMENA
Siapa? (Mengingat keras)
MARKABA
Saya Jumena
LODOD
Saya juga Jumena
12
SAMBIL TERTAWA-TAWA, KEDUANYA PERGI ENTAH KEMANA. KEMUDIAN JUMENA BERKELUH PANJANG SEKALI. SETELAH AGAK LAMA, DIA MULAI MERASA ENAKAN SEDIKIT. LEGA.
JUMENA
Omong-omong berapa belanja kita hari ini?
EUIS
Akang lagi sakit, kenapa mesti urus juga tetek bengek semacam itu?
JUMENA
Bukan tetek bengek, tapi uang. Dan saya tidak pernah sakit untuk urusan uang. Ini satu-satunya hiburan saya, gila kalau saya tidak memeliharanya. Sekarang katakan berpaa belanja kita hari ini?
EUIS
Sama seperti kemarin
JUMENA
Kalau begitu masih ada sisa buat besok
EUIS
Masih
JUMENA
Sebetulnya masih bisa juga untuk belanja dua hari lagi, tapi kau belum tahu seninya. Tidak apa. Kelak kau pasti bisa. Tapi sekali lagi saya nasihatkan jangan sekali-kali kau suruh orang lain berbelanja. Juga jangan Nyai kau itu, belanjalah sendiri. Semua orang sama saja. Tukang catut! Jangan salah paham, ini bukan sikap kikir, tapi sikap cermat, dan kau tahu berkesenian dengan uang selain menghargai jerih payah
SUNYI
EUIS
Sepi sekali rasanya, padahal baru beberapa hari saja pekerja-pekerja mogok. Pabrik apalagi, sepi.
JUMENA
Persetan
EUIS
Betapa kaget kalau Juki nanti datang
JUMENA
Kenapa dia tiba-tiba bicara tentang Juki? Pasti ada apa-apa. (Pada Euis) Juki akan sepaham dengan saya. Tapi kalau dia mau main solider-solideran, boleh saja. Saya bisa kerjakan semuanya sendiri, kalau saya mau. Saya kawal sendiri barang-barang saya ke Jakarta. Kalau saya mau
(Sunyi)
JUMENA
Hati-hati, Euis
EUIS
Hati-hati apa kang?
JUMENA
Juki
EUIS
Kenapa?
JUMENA
Dia tampan kan?
(Euis Cuma diam saja. Kesal sudah tentu, tetapi semuanya dia tahan saja dalam hati)
Dia tampan kan? Bilang terus terang
EUIS (dingin)
Bisaa
JUMENA
Dia tampan, lebih tampan dari saya. Bahkan lebih muda
EUIS
Lalu?
JUMENA
Tidak apa-apa. Saya hanya bilang hati-hati. (Tiba-tiba gugup) jangan lupa, dulu dia hidup diantara pencoleng-pencoleng Senen, kau tahu Senen?
EUIS
Ya, lalu kenapa?
JUMENA
Nah, lebih dari soal-soal mesum adalah pisau permainan orang macam dia
EUIS
Saya pun tidak mengerti kenapa bahkan akang pun tidak mempercayai Juki yang boleh dibilang saudara akang sendiri
JUMENA
Saya tidak curiga,. Saya hanya bersikap hati-hati
EUIS
Barangkali akang terlalu hati-hati sehingga membuat akang sendiri tidak bisa tentram
JUMENA
Hanya orang bodoh yang bisa tentram. Lagipula kalau kau bilang saya terlalu hati-hati, sebaliknya kau kurang hati-hati. Terus terang saya katakan, saya tidak senang kalau kau keluar dari kamar mandi tanpa BH
EUIS
Tapi Euis selalu pakai baju
JUMENA
Ya, tapi tidak pakai BH. Itu kurang baik. Dan mata Juki bukan mata kelereng. Pokoknya saya tidak suka. Punt! Atau kau memang sengaja ingin menarik perhatiannya?
EUIS
Akang, sudah empat tahu sudah kita berumah tangga dengan….
JUMENA
Itu bukan jaminan. Pernah juga saya pergoki kau dan Juki sedang sayik omong-omong di dapur. Apa perlunya kau suruh dia menemani kau di dapur?
EUIS
Saya tidak pernah menyuruh dia. Dia datang sendiri
JUMENA
Dan kau ladeni?
EUIS
Lalu apa harus saya usir?
JUMENA
Itu terserah bagaimana cara kau, tapi pemandangan serupa itu tidak enak di mata, apalagi di hati
EUIS (Gembira)
Akang cemburu?
JUMENA
Cemburu! Minderwaardig! Buat apa? Saya hanya tidak suka milik saya diganggu orang
(keduanya diam. Masing-masing terpaku oleh pikiran dan perasaannya sendiri-sendiri)
Saya betu-betul tahu sekarang, saya sudah mulai tua. (Lirih hampir mendesah, seperti bercampur tangis tua) Tidak ada orang yang mencintai saya. Tidak siapapun dan apapun yang mencintai saya
EUIS
Akang yang tidak pernah mau mencintai saya. Selama empat tahun Euis mencoba meyakinkan akang betapa Euis mencintai akang, betapa…..
JUMENA
Berhenti kau bicara. Saya tidak mau kalau…. Ah, lupakan semuanya (Menuju makanan yang tersaji) Tak ada nafsu saya. Saya lapar, tapi tak ada nafsu
EUIS
Lebih baik akang tidur
JUMENA
Bawa lagi ke dapur
EUIS
Biar saja di meja ini. Siapa tahu akang ingin makan tengah malam nanti
JUMENA
Menantang dia! (Kasar) masuk ke dapur!
EUIS MEMBAWA MAKANAN MASUK KE DALAM
13
DETAK-DETIK LONCENG LANTANG, JUMENA KEMBALI DISIKSA PIKIRANNYA SENDIRI
JUMENA
Jangan terus-terusan kau siksa aku seperti ini, Tuhan. Selalu kau bilang sebaliknya. Tak henti-henti. Kau selalu bilang sebaliknya
LAMPU PENTAS BERUBAH. ANGIN DAN HUJAN DERAS SEKALI. KILAT PETI, HALILINTAR. MUNCUL PEMBURU DAN KABUT-KABUT, MEREKA, BEBERAPA SAAT HANYA MEMATUNG, LALU MELINTASI PEKERJA-PEKERJA PIMPINAN WARYA DAN EMOD
JUMENA
Pergi kalian!
LODOD
Dia mengusir kita
MARKABA TERTAWA, LODOD TERTAWA
JUMENA
Mau apa kalian!? Pergi! Pergi!
PEMBURU
Jangan hiraukan, tidurlah
JUMENA
Saya tidak mau tidur, mereka akan membunuhku!
PEMBURU
Bodoh, kalau sampai mereka bisa membunuh kau. Tidurlah. Buat apa kau pusingkan, toh kau akan mati juga sekalipun bukan mereka yang membunuh kau.
JUMENA
Saya ingin tentram
PEMBURU
Tidurlah
JUMENA
Saya tidak bisa
LODOD
Dia ingin tentram tapi dia tidak mau tentram (Tertawa)
MARKABA TERTAWA
PEMBURU
Diam semua!
KECUALI LONCENG, SEMUA DIAM, JUGA HUJAN DAN LAIN-LAIN. MUNCUL EUIS DAN JUKI. MEREKA BERCUMBU
MARKABA
Jangan di sini
LODOD
Di bawah ranjang saja
MARKABA
Jangan. Nanti ketahuan. Di gudang saja
LODOD
Tapi di sana banyak tikus
SEMUA
Ssstt.
MARKABA
Di bawah ranjang saja
JUKI DAN EUIS MASUK KE BAWAH RANJANG DAN KEMUDIAN BERSETUBH DI SANA. SEMENTARA ITU, WARYA DAN EMOD MENGENDAP-ENDAP MEMBAWA SESUATU SEMACAM GONI PADAT BRISI; CUMA LEWAT. PEREMPUAN TUA MUNCUL MENGGANTI TEMPOLONG LUDAH DI KAKI KURSI GOYANG. MARKABA DAN LODOD MENCABUT PIGURA KOSONG ITU DAN MEMBAWANYA KE JUMENA. SETELAH CUKUP LAMA JUMENA MEMANDANGI PIGURA ITU, KEDUA LELAKI ITU KEMBALI MEMASANG PIGURA SEPERTI SEMULA SAMBIL TERTAWA-TAWA. PADA SAAT ITU DOKTER LEWAT.
MARKABA DAN LODOD SECARA RAHASIA MEMPERCAKAPKAN SESUATU. TIDAK LAMA KEMUDIAN MUNCUL JUKI MENEMANI MEREKA. LALU MERUNDINGKAN SESUATU. DENGAN HATI-HATI MEREKA MASUK KE DALAM KAMAR, DAN BERGANTI-GANTI MENYETUBUHI EUIS. PADA SAAAT ITU MUNCUL SABARUDDIN DAN BERBICARA PADA JUMENA TANPA SUARA. LELAKI INI BEBERAPA TAHUN LEBIH MUDA DARIPADA JUMENA.
DOKTER DAN EUIS MUNCUL DARI DALAM
DOKTER
Ada baiknya bapak di bawa ke rumah sakit
EUIS
Bapak keras kepala
DOKTER
Itulah sebabnya
EUIS
Tapi bapak tidak mau
SAMBIL MELANJUTKAN PEMBICARAAN, KEDUANYA KELUAR
14
SABARUDDIN
Jum, kau sebenarnya hanya capek, terlalu capek. Rupanya kau tidak pernah istirahat. Rupanya selama ini kau hanya bekerja dan bekerja, berpikir dan berpikir. Dua puluh tahun lalu ketika pertama kali saya kenal kau.ketika untuk pertama kalinya kau membuka sawah dan lading di sini, bahkan sampai saat kau mulai usaha di bidang pertenunan, saya selalu melihat kau sebagai lelaki yang paling bersemangat dan paling bergembira di kota ini. Waktu itu, bahkan kau sendiri mengatakan bahwa hidup di sini cocok untuk kau sebab kota ini tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil.
Sejak dulu saya cemburu melihat bagaimana kau seolah menjadi satu dengan usaha-usaha kau. Terus terang waktu itu saya membayangkan betapa bahagianya kau. Tapi hanya satu yang saya sangsikan, yaitu sempatkah kau mengecap hidup ini?
JUMENA
Tidak. Tidak pernah dapat. Banyak kesempatan untuk itu, tapi memang hidup saya tidak dapat mengecap hidup ini
SABARUDDIN
Masuk akal, sebab seluruh waktu hanya kau isi dengan kerja dan berpikir, maksud saya memecahkan persoalan perusahaan-perusahaan kau. Kau memiliki sawah tapi tidak pernah menikmati sawah, kau hanya menikmati uangnya. Bahkan saya sangsi kau bisa menikmati uang. Saya kira kau hanya sempat menghitung-hitung uang seperti juru hitung. Beberapa tahun terakhir malah saya, berani memastikan kau tidak bahagia
JUMENA
Saya kira bukan maksud kau membicarakan hal-hal semacam itu maka saya harapkan kedatangan kau. Memang saya memerlukan teman berbicara, tapi saya kira ada persoalan yang mungkin lebih penting daripada itu
SABARUDDIN
Tapi tak ada salahnya kau mendengarkan nasihat saya. Sebelumnya saya perlu katakan bahwa apa yang saya ingin lakukan untuk kau tak lebih hanya atas nama persahabatan. Saya tetap sebagai sahabat dan bukan sebagai seseorang yang ingin mengislamkan kau. Saya berbicara di sini karena saya selalu merasa berteman. Jum, percayalah saya. Kau perlu istirahat.
JUMENA
Bagaimana?
SABARUDDIN
Ada baiknya kau melancong ke tempat lain
JUMENA (Tertawa)
Kalau kau tahu
SABARUDDIN
Kenapa kau tertawa? Ini sungguh-sungguh
JUMENA
Kalau kau tahu kenapa saya dua puluh tahun yang lalu memutuskan untuk tinggal di sini, barangkali kau tidak akan menyarankan seperti itu. Dua puluh tahun lalu saya pun menasehati diri saya sendiri agar saya melancong ke tempat lain, minggat dari Jakarta, minggat dari politik-politikan dan lain-lain pekerjaan yang memang bukan bidang saya.
Barangkali saya bisa sedikit lebih tenang kalau bisa jadi pengarang. Terlalu banyak yang saya bisa kandung, tapi saya tidak mampu melahirkannya. Tidak, saya tidak punya bakat untuk itu. (Tertawa) dua puluh tahun lalu saya benamkan seluruh diri saya dalam kegiatan perusahaan saya, dengan harapan bisa tentram. Saya tutup mata saya, telinga dan hati saya, bahkan seluruh mimpi saya.
Sekarang setelah dua puluh tahun, kau menyarankan agar saya melancong ke tempat lain untuk istirahat. Saya jadi merasa geli, apa mungkin hidup hanya bisa diatasi dengan pelancongan seperti itu!? Kau tahu benar apa sebenarnya yang sanagt merisaukan saya terutama akhir-akhir ini?
SABARUDDIN
Saya kira…
JUMENA
Kau tidak tahu! Terus terang saya takut mati
SABARUDDIN
Saya kira setiap orang…
JUMENA
Belum tentu. Selain itu sampai sekarang saya belum punya seorang anak. Empat kali saya beristri
SABARUDDIN
Banyak orang yang…
JUMENA
Lalu untuk apa semua yang selama berpuluh tahun saya kerjakan?
SABARUDDIN
Apa tidak lebih baik kau memungut anak angkat?
JUMENA
Kau simpan saja saran itu. Sudah terlalu sering orang menyampaikannya pada saya. Dan saya tidak memerlukan itu
(Pause)
sekarang saya sedang rencanakan sesuatu. Gagasan ini pasti kau sambut dengan gembira karena akan menyangkut pekerjaan kau (Tersenyum lebar) Saya akan membangun kembali masjid kota ini
(Sabaruddin cuma diam tidak yakin)
Kenapa? Kau tidak percaya?
SABARUDDIN MASIH DIAM
JUMENA
Kau kira saya bergurau?
SABARUDDIN
Saya gembira sekali. Alhamdulillah. Sepuluh tahun saya menunggu ada orang yang mengucapkan itu
JUMENA
Tapi jangan salah paham. Saya akan mengerjakan semua itu bukan dengan tujuan muluk, apalagi tujuan keagamaan. Saya tidak punya tujuan seperti itu. Saya hanya merencanakan hal itu lantaran saya rasa, mungkin saya bisa ikut bahagia bersama kau
SABARUDDIN
Kalau begitu, boleh saya bertanya, kenapa bukan gereja saja yang kau bangun?
JUMENA
Saya kenal seorang perempuan tua yang telah memelihara saya sampai saya agak besaran
(Sabaruddin tersenyum tidak percaya)
Perempuan tua itu bukan ibu saya. Tapi dia memelihara saya. Setiap kali ia menidurkan saya, perempuan tua itu selalu bersenandung. Kemudian saya tahu apa yang disenandungkan, persis seperti lagu-lagu pujian yang bisaa dinyanyikan anak-anak di mesjid
Saya kira inilah satu-satunya kenangan masa kanak-kanak saya.
SABARUDDIN (Setelah agak lama)
Bsiklsh. Kspsn ksu sksn mulsi rencana itu?
JUMENA
Selekasnya. Setelah kau menyusun suatu panitia
SABARUDDIN
Itu tidak terlalu sukar
JUMENA
Selain itu, saya akan membangun rumah gelandangan
SABARUDDIN
Diam-diam, kau sedang mengakui bahwa ada cara lain selain cara yang pernah kau tempuh dalam mengisi hidup ini (Dengan gembira meluap-luap) sekarang Jum, jalanilah apa yang telah saya sarankan
JUMENA
Melancong?
SABARUDDIN
Bukan. Yang sebelumnya. Ah, mungkin tadi kau kurang memperhatikan. Begini. Kau pernah menyaksikan riwayat sekuntum bunga?
JUMENA
Belum
SABARUDDIN
Sama sekali?
JUMENA
Saya tidak begitu tertarik lagi justru setelah saya tinggal di tempat ini
SABARUDDIN
Menyesal sekali. Jum, bangunlah pagi-pagi dan amati secara teliti betapa indahnya kehidupan yang berlangsung di pekarangan rumah kau. Ada baiknya juga kau memelihara ikan hias. Sekedar hanya sebagai hiburan saja. Saya kira di sana kau dapat juga merasa ikut bahagia bersama-sama bunga dan ikan-ikan dalam akuarium
JUMENA
Apa ku juga merasa begitu pasti seperti halnya dokter saya?
SABARUDDIN
Paling sedikit tekanan darahmu akan meluncur turun dalam tempo kurang dari sebulan
JUMENA
Saya harus coba lagi. Saya harap pelancongan saya kali ini yang terakhir dan saya bisa tentram
SABARUDDIN
Dengan semua itu, Jum, kau akan menikmati buahnya. Mesjid itu akan semakin semarak dan penuh cahaya. Jemaahnya yang berbahagia akan semakin semarak, anak-anak yang terlantar itu….
JUMENA (Melayang)
Ya, ya…
SABARUDDIN
Akan semakin besar dan besar, sehat dan berpendidikan, dan semakin tumbuh dan tumbuh seperti halnya kuntum-kuntum bunga dan ikan-ikan dalam akuarium, betapa indahnya hidup
JUMENA
Ya, ya…
PEREMPUAN TUA MUNCUL MENGGANTI TEMPOLONG LUDAH DENGAN TEMPOLONG YANG LAIN
SABARUDDIN
Tidak lama lagi kau akan dapat menghisap udara pagi kau kembali. Tidak lama lagi kau akan kembali mengetahui berapa harga sinar surya kala pagi
JUMENA
Saya akan kembali merasakan betapa sejuknya air yang membasahi badan kalau saya sedang mandi
SABARUDDIN
Suatu pagi, jalan-jalanlah telanjang kaki, nanti kau akan dapat juga merasakan betapa nikmatnya kaki kita menginjak basah rerumputan dan batu-batu kerikil sementara angina tipis mengusap-usap lembut hidung dan telinga
PEMBURU MENEMBAKKAN SENAPANNYA. DAHSYAT LETUSANNYA
JUMENA
Suara apa itu?
SABARUDDIN
Seperti lumrahnya, sehelai daun gugur
JUMENA
Saya kira suatu bom
LAMPU TIBA-TIBA PADAM