Jika Dunia Berakhir, Kau Akan Datang, Kan? - Ulfa Rizqi Putri

@kontributor 2/26/2023

Jika Dunia Berakhir, Kau Akan Datang, Kan?

: JP Saxe ft Julia Michaels

 Ulfa Rizqi Putri


 


1.

kita berada di dalam mimpi

rupanya menyenangkan

Ketika dunia mulai menampakkan kejenuhannya, saya terdiam dan memikirkan hal-hal yang selintas tak pernah saya pikirkan sebelumnya. Jika dunia berakhir, Kau akan datang menemui saya, kan?

Saya harap saya tengah berada di sebuah mimpi seorang gadis kecil. Namun, mimpi ini terlalu tidak menyenangkan baginya yang bahkan baru saja kehilangan dua gigi depan. Ia harap ia akan terbangun dan menemukan kedua orang tuanya berlari dan mendekapnya dengan kasih.

“Tidak apa-apa, malam kelam akan segera berakhir. Ini hanya mimpi kecil.”

Tapi, sayang, ini bukan mimpi.

Dan rupanya tidak menyenangkan.

 

2.

banyak nada yang hilang, entah melompat ke mana

saya tak bisa bernyanyi

Rumah yang tadinya sepi menyenangkan, tetiba ramai menyesakkan. Manusia berlalu-lalang masuk dan menyalami. Suara-suara memekakkan telinga, puji-pujian menenangkan, tangisan menyedihkan, dan entah mengapa terselip tawa di antara bisingnya bela sungkawa.

Saya berdiri di depan rumah. Tidak ada orang yang memedulikan kehadiran saya di tengah keramaian. Tampak mereka sedang duduk di kursi duka. Para laki-laki berdiri menyiapkan segala yang diperlukan. Sedangkan perempuan tetap di dalam rumah, bersama jenazah yang terbaring kaku. Saya hanya termangu menatap kerumunan yang tak biasa.

“Sekarang ibunya, ya?” tanya perempuan yang mengenakan baju hitam dengan garis merah di kedua lengannya. Saya tahu, pertanyaan itu hanya sebuah awalan untuk membuka percakapan lainnya. Basi.

“Kasihan, ya.” sahut perempuan baju hitam lain yang duduk di sebelahnya.

Nah, sudah terlihat ke mana arah percakapan ini akan mereka bawa.

“Siapa yang pergi dulu waktu kita SMP?”

“Adiknya. Akhir SMA, ayahnya ikut pergi.

“Jadi, sudah tiga kali kita duduk di sini.

Perempuan baju hitam itu menggeleng, “Aku sudah empat kali ini, terakhir waktu lulus kuliah, kakaknya pergi.

“Oh, kecelakaan itu. Aku nggak bisa datang karena wisuda.

Keheningan menyelimuti udara dingin sebentar.

“Tapi aku seneng bisa kumpul sama kalian lagi. Keheningan itu menjelma kebahagiaan bagi mereka.

“Harusnya minggu lalu kamu ikut ke puncak, Ris. Ulang tahun anak Ika asyik banget. Anak kamu pasti suka.”

“Yah, gimana. Anaknya kan cacar air kemarin.

Mereka mulai membicarakan hal-hal lainnya. Rumah saya menjadi tempat kumpulan cerita menyenangkan. Pemakaman selalu menjadi tempat reuni dengan segala tawa manusia.

 

3.

saya bersedih atas banyak hal

banyak hal tidak bersedih atas saya

Pemakaman menjadi tempat terburuk bagi saya, atau semua orang. Saya memutuskan untuk menyelinap keluar ketika upacara terakhir satu-satunya keluarga yang saya miliki tengah berlangsung.

Ibuku berpulang hari ini. Saya telah kehilangan satu-satunya keluarga saya yang tersisa. Seharusnya seluruh dunia menjadi hitam. Seharusnya tidak ada warna cerah dan indah. Seharusnya alam mengutus badai untuk menghitamkan bumi. Namun semua berjalan baik-baik saja, seolah tak terjadi apapun. Waktu terus saja berputar, pun dengan kehidupan. Tidak ada yang benar-benar peduli pada kita, ucap saya pada diri saya sendiri. Lantas kematian macam apa yang telah menanti saya? Tidak ada yang benar-benar kehilangan saat kita pulang. Tidak. Ada.

Ketika dunia mulai menampakkan kejenuhannya, saya terdiam dan memikirkan hal-hal yang selintas tak pernah saya pikirkan sebelumnya. Jika dunia berakhir, Kau akan datang menemui saya, kan?

Udara dingin menyerang kedua pundak saya. Dari ujung mata saya, terlihat seseorang tengah berjalan di samping saya. Oh, bukan seseorang, melainkan sesuatu. Ia menghentikan langkahnya dan berdiri di depan saya. Tidak ada tatapan belas kasihan di wajahnya, tidak seperti orang-orang hari ini. Ia tersenyum, senyum yang dapat membuat seseorang yang telah mati kemudian hidup kembali.

“Jika dunia berakhir, Kau akan datang menemui saya, kan?”

Sesuatu itu tersenyum semakin lebar, mengangguk.

 

4.

saya takut pada kematian

kematian menanti saya di ambang pintu

“Aku akan datang pada orang-orang sepertimu, yang berharap hanya pada-Ku, yang menangis dan meminta hanya pada-Ku.”

“Walaupun saya mendengarnya dari Engkau sekalipun, saya masih takut memikirkan kematian macam apa yang telah menanti saya.”

“Seorang nenek sedang merajut kaus kaki kematianmu di ujung jalan ini”

“Seperti apa rupanya?”

“Kau akan tahu, dan tidak perlu takut padanya”

Saya terdiam. Tampaknya sesuatu menangkap kegelisahan saya.

“Masa depan penuh dengan ketidakpastian. Asal kau percaya pada-Ku, kau akan baik-baik saja.”

“Asal saya percaya pada Engkau?”

“Asal kau percaya pada-Ku.”

 

5.

banyak nada yang hilang, entah melompat ke mana

saya tak bisa bernyanyi

tidak apa-apa,

Tuhan mengganti nada yang lain

Saya kembali ke rumah yang ramai kerumunan peziarah. Warga tengah bersiap memakamkan Ibu. Saya ikut membantu.

Saya tahu, masih ada harapan bagi saya untuk menjalani kehidupan. Asal saya belum bertemu seorang nenek yang sudah selesai merajut kaus kaki kematian saya, saya akan baik-baik saja.

“Asal saya percaya pada-Mu, saya punya harapan.”

 

6.

saya tidak takut

Tuhan mencintai saya.


 

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »