Melawan dengan Kata - Hikmat Gumelar

@kontributor 4/03/2022

MELAWAN DENGAN KATA

Hikmat Gumelar








Anak-anak, inilah pelajaran geografi.

Berikut peta. Mari kita menghafalnya.

Tidak ada Siberia atau Kolyma di Ukraina.

Dan inilah jalan raya Vladimirsky, ke samping,

Jauh ke samping, aku yakin, meski tak sepenuhnya. Ini adalah pelajaran geografi.

Tanah ini tak akan sia-sia.

Tak ada cukup ruang, tak ada tempat untuk membangun kamp besar,

bukan karena kita sempit dan marah,

tetapi, dibandingkan dengan Rusia, kita tidak punya ruang yang luas.


Itulah sembilan baris dari puisi yang terdiri dari dua puluh dua baris karya penyair Ukraina Boris Khersonsky. Melalui puisi ini, dengan cerdik dan bernada rendah, Khersonsky yang pula seorang psikiater dan profesor di Odessa menyuntikkan kesadaran akan geopolitik Ukraina yang merdeka tapi kecil dan rentan dianeksasi serta kecintaan terhadapnya. Ia berupaya mencapainya dengan narator seorang guru yang tengah memberikan pelajaran geografi kepada murid-muridnya.


Apakah Presiden Rusia Vladimir Putin pernah membaca puisi yang ditulis dalam bahasa Rusia itu? Boris Akunin, penulis novel detektif dan sejarah terlaris di Rusia yang bernama asli Grigori Chkhartishvili mengatakan, “Putin tidak membaca buku dan tidak menganggap sastra itu penting.” 


Di dalam artikelnya yang diterbitkan situs Kremlin pada 12 Juli 2021, Putin memang menyebut beberapa nama sastrawan seperti Taras Shevchenko dan Nikolai Gogol. Namun, artikel dalam bahasa Rusia, Ukraina, dan  Inggris ini berpretensi besar menyunting sejarah seribu tahun lebih untuk menggunting Rusia, Ukraina, Belarusia, Polandia, Lituhania, Jerman, Inggris, dan negara-negara Eropa lainnya demi membenarkan klaim Putin “bahwa Rusia dan Ukraina adalah satu orang – satu kesatuan”. Di situ, tak ada satu kalimat pun yang mencerminkan bahwa Putin melakukan pembacaan dekat karya-karya Shevchenko dan Gogol. Bisa jadi Putin malah tak membaca satu pun karya mereka.


Kalau memang Putin membaca karya-karya Shevchenko, misalnya, dia yang disebut-sebut jenius itu tentulah paham bahwa karya-karya Shevchenko bersifat otobiografis. Dan dia yang terlahir dari orang tua petani budak, diperbudak sampai usia 24 tahun, dan berkali-kali dibuang hingga seluruhnya sepuluh tahun lebih oleh Tsar Rusia itu hidupnya adalah perjuangan sebegitu panjang memungkinkan dirinya bermartabat  dengan memungkinkan Ukraina bangkit menjadi negara berdaulat, merdeka dari cengkeraman para penjajah, merdeka dari cengkeraman tuan-tuan tanah feodal dan para otokrat. Perjuangannya ini diserukan dalam karya-karyanya, misal:


Ukraina akan bangkit.

Dan akan menghilangkan kegelapan penahanan,

Dunia kebenaran akan bersinar,

Dan anak-anak perbudakan akan berdoa untuk kebebasan


Ukraina akan bangkit

Dan menghilangkan kegelapan perbudakan

Dan menyalakan mercusuar keadilan

Dan anak-anak budak akan berdoa dalam kebebasan…


Puisi-puisinya, termasuk yang telah dikutip, menggunakan bahasa rakyat (petani) Ukraina. Bentuknya mengadopsi lagu rakyat Ukraina (pisni) dan balada rakyat Ukraina (dumy) yang biasa dibawakan oleh kobzar, penyanyi rakyat negara tersebut. Karena itu, rakyat Ukraina yang membacanya dirasuki rasa intim dan sekaligus asing. Intim karena mereka memang intim dengan bahasanya, ritmenya, dan persoalan-persoalan yang disodorkannya. Asing karena apa-apa yang mereka rasakan intim itu sebenarnya telah dikembangkan Shevchenko demi kesesuaian dengan visinya  yang revolusioner mengenai negara Ukraina berdaulat. Hal ini antara lain terbaca dari:


Kapan kita

akhirnya akan menyambut George Washington kita sendiri

Dengan hukum kebenaran yang baru?


George Washington di situ teranglah metafor. Dia presiden republik yang didirikan berdasarkan konstitusi konstitusi sendiri yang disusun oleh rakyat. Buku hariannya, cerpen-cerpennya, dan novel-novelnya --- seluruh novel Shevchenko yang ditulis di pengasingan baru terbit setelah dia meninggal pada 10 maret 1861 --- lebih terang mengurai visinya. Inilah yang menjadikan karya-karya Shevchenko berperan signifikan dalam menyatukan Ukraina barat yang semula dicaplok oleh Kekaisaran Autro-Hongaria dan Ukraina timur yang semula dicaplok oleh Kekaisaran Rusia. Ini pula salah satu pemungkin sampai 160 tahun lebih setelah kematiannya, Shevchenko masih bersinar.


Misalnya, ilmuwan dan mantan Menteri Kebudayaan Ukraina Ivan Dzjuba menyebutnya sebagai “salah satu pilar bangunan nasional”. Penulis Andrij Bondar menulis bahwa, untuk Ukraina,   Sevčenko adalah “seorang Paus, seorang raja dan seorang santo Ukraina". Semua orang Ukraina, "Ukraina politik, Rusia Kecil, Khokhol, dan bahkan kolom kelima", dapat berkumpul di sekitar Sevčenko, menganggapnya, satu dan yang lain, sama hebatnya, menurut Bondar. Penulis Jurij Andruxovyč, sementara itu, berkata dengan singkat: “Ševčenko adalah segalanya bagi kita”.


Wajar kalau Shevchenko menjadi salah satu inspirasi Revolusi Martabat seperti disampaikan Serhei Zahdan, seorang penyair, novelis, dan rocker yang adalah salah satu penggerak revolusi yang berhasil menurunkan Yanukovick, Presiden Ukraina saat itu yang refresif, korup, dan boneka Rusia. Yang tidak wajar, bahkan lebih dari kurang ajar, adalah Rusia Putin. Keberhasilan revolusi yang berlangsung dari November 2013 hingga Februari 2014 itu ditanggapinya dengan menganeksasi Krimea dan membantu kaum separatis di Dontsk dan Luhansk mendirikan Republik Rakyat Donetsk dan Republik Rakyat Luhansk.


Namun, Ukraina tidak seperti Rusia. Ukraina yang merdeka pada tahun 1991 ini tidak punya beban sebagai bekas penjajah. Segenap warganya, terutama kaum intelektual, termasuk kaum seniman tentu saja, bukan saja terus berkeras mempertahankan wilayah negaranya dengan kekuatan militer dari agresi seperti yang dilakukan Rusia, tapi pun terus berkeras memungkinkan demokrasi tumbuh dengan akar yang menjalar dan mengakar di bumi Ukraina. Untuk ini, mereka berkeras memacu pertumbuhan budaya literasi. Perbukuan lebih didorong lagi untuk lebih cepat berkembang. Percetakan, penerbitan, distributor dan toko buku, penyunting, penerjemah, penulis, serta berbagai kegiatan dan penghargaan yang bertalian dengan buku secara legal dan material lebih dibantu lagi.  


Maka, sejak Rusia menganeksasi Krimea, budaya literasi Ukraina kian berkembang. Para penulis buku, termasuk penulis buku cerita anak, bermunculan. Dan bertolak dari masalah-masalah yang mencengkeram kehidupan Ukraina menjadi arus utama, termasuk untuk genre cerita anak.


Siapa pun boleh saja memandangnya dengan sebelah mata. Namun, tulang belakang demokrasi adalah aneka ragam suara. Dan sastra menjadi sastra karena hadirnya beraneka ragam suara. Di dalam sastra, bahkan pembunuh, pezina, perampok, fosil, buaya, batu, angin, awan, dan lain-lain lagi punya ruang untuk bersuara. Suara-suara mereka dapat membentuk komposisi verbal, visual, musikal, dan aromatik yang memungkinkan kita kian berdaya menerima dan mengolah kompleksitas kenyataan. Begitu pula dengan sastra anak.Genre ini pun berpotensi besar memungkinkan bertumbuhnya empati dan kecerdasan imajinatif. Bahkan dalam arti tertentu dapat dikatakan bahwa sastra hanya mungkin ada karena adanya sastra anak.


Anak-anak pun membacanya tidaklah dibelenggu. Mereka punya kebebasan penuh. Pancaindra dan imajinasi mereka boleh seboleh-bolehnya ambil bagian. Mereka pun tentu saja berhak memaknai cerita yang mereka baca berdasarkan pengalaman masing-masing. Dengan demikian, menulis dan membaca sastra menjadi proses penumbuhan individualitas dan sosialitas. Inilah akar demokrasi.


Dan itulah, agaknya, yang dilakukan oleh penulis cerita anak Ukraina seperti Larysa Denysenko. Aneksasi Krimea yang menjadikan anak-anak yang selamat di negara tersebut hidup dengan digerogoti trauma. Mereka menjadi buruan bayang-bayang buruk masa lalu yang lebih buruk dari sebenarnya. Dan itu bisa menyergap anak-anak itu kapan saja. Kondisi seperti ini antara lain yang mendorong Denysenko menulis Maya and Her Friends. Ketika terbit pada tahun 2017, buku tersebut menjadi salah satu buku terlaris di Ukraina.


Sejak 24 Februari lalu, hari pertama invasi Putin, sampai 10 Maret saja, sampai 16 Maret, menurut catatan PBB, pengungsi Ukraina ke negara-negara tetangganya sudah 3 juta orang lebih. Sebagian besar dari adalah anak-anak.


Anak-anak Ukraina yang di negara mereka pun jauh benar dari hidup normal. Hampir semua dari mereka hari-harinya siang malam di tempat-tempat persembunyian, yang hampir semua di bangunan bawah tanah. Bahkan di beberapa kota, seperti di Mariupol yang sudah lebih dari dua Minggu dikepung pelor, granat, bom, rudal, dan lain-lain lagi, anak-anak bersembunyi di ruang-ruang tanpa listrik, kekurangan air, kekurangan makanan, dan sonder obat-obatan.


Anak-anak yang meninggal pun sejak hari pertama invasi sampai 16 Maret sudah hampir 1000 orang. Anak-anak yang menjadi cedera dan menjadi cacat permanen jauh lebih banyak lagi.


Denysenko cepat merespon kondisi anak-anak Ukraina yang sebegitu memprihatinkan itu. Ia cepat merevisi Maya and Her Friends agar lebih sesuai dengan kebutuhan mendesak hari ini. Begitu pula ilustrasinya. Perupa Ukraina Masha Foya gesit dan kreatif menambah daya pukau cerita yang ditulis Denysenko. Penerbitnya, Bonnier Books UK, pun sehaluan. Mereka sepakat bahwa hasil penjualan edisi baru Maya and Her Friends seluruhnya akan disumbangkan ke Unicef untuk upayanya membantu anak-anak Ukraina yang terjebak dalam invasi Putin yang masih juga berlangsung.  


“Dengan buku ini, aku ingin mengajak orang-orang di dunia demokrasi: kami di sini, tidak jauh dari Anda, kami adalah orang-orang yang merdeka dan damai. Kami tidak pernah menyerang negara lain. Anak-anak kita berbakat, berani, cantik dan kuat. Kami pantas mengajak seluruh dunia untuk bergabung dengan kami dalam memerangi perang dan melawan pembunuhan anak-anak,” kata Denysenko yang juga seorang pengacara dan aktivis publik. “Aku tidak bisa bertarung dengan senjata di tangan, tapi kata itu juga penting dalam situasi seperti ini.” (Guardian, 11/3/2022).


Denysenko benar. Seluruh dunia seyogianya bergabung menghentikan kezaliman pemimpin seperti Putin yang antara lain membuat jutaan anak-anak menjadi korban. Dan untuk menghadapi kezaliman, seperti telah dibuktikan sejarah, kata tentu saja dapat menjadi senjata.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »