Purnama Tiup Lilin - Rochmana Dwi Rahayu

@kontributor 2/04/2024

Purnama Tiup Lilin

Rochmana Dwi Rahayu

 


Kehidupan kedua adalah hasil reinkarnasi dari kehidupan pertama yang telah selesai. Kehidupan kedua tidak menjamin bahwa kehidupan ini lebih baik dari kehidupan pertama, siapa tahu ini adalah kehidupan lanjutan seperti film season 2. Jadi, lebih baik mati seperti game atau lanjut sebagai manusia yang berpura-pura menikmati hidup?

Batu kerikil terus dia buang ke dalam kolam ikan yang tak tahu bahwa ikan dalam kolam itu mengeluh kesakitan terkena benda mati tumpul yang bertubi-tubi jatuh ke dalam. Usianya sudah 27 tahun, tapi mengaku bahwa dia mengingat kehidupan pertamanya sebagai domba yang disembelih untuk sajian arisan gule kambing, unik bukan? Untung saja kehidupan pertamanya tidak ada season kedua, setidaknya bisa bernafas dan hidup lebih dari 3 tahun.

Dia adalah anak orang miskin yang menjadi gelandangan, rasanya ingin mati dalam game saja. Tapi, dia senang dijuluki sebagai ‘genius ibu kota’. Julukannya saja sebagai orang genius, tapi nasibnya tidak menarik seperti julukannya. Lihatlah, dia adalah orang genius yang sedang luntang-lantung tak karuan di ibu kota yang katanya akan memberikan keberuntungan baru orang genius.

“Woi bangun bangun! Gelandangan tidak tahu diri! Matahari sudah di atas masih ogah bangun. Nih toko mau gue buka!” Gelandangan itu baru membuka matanya pada pukul sepuluh siang dengan perut keroncongan berjalan mengelilingi kota, berharap ada nasi kotak gratis dibagikan kepadanya.

Malam telah tiba. Gelandangan itu tidak memakan nasi sesuap pun, bahkan sedang melihat bulan sabit di atas langit sambil berdoa dan berharap ada keajaiban datang. Benar saja, doa yang ke ratusan kalinya terkabul. Seorang relawan sedang berkeliling bagi-bagi makanan untuk orang-orang yang tinggal di jalan. Mereka mengobrol sejenak dengan gelandangan itu.

“Usianya berapa?”

“27.”

“Kalau boleh tahu, tanggal berapa kakak ulang tahun? Karena setiap orang pasti ingin mendapatkan kado di ulang tahunnya. Nah, kalau kakak sendiri ingin kado apa nanti? Saya akan wujudkan.”

Merenung.

“Saya tidak tahu kapan tanggal lahir saya, yang pasti saya berdoa setiap bulan purnama tiba. Saya berulang tahun di bulan purnama ke dua setiap tahunnya. Oh ya, saya tidak ingin kado, hanya ingin bekerja.”

•••

Tidak punya keluarga, tidak punya sanak saudara, dan tidak punya kenalan di ibu kota adalah nasib gelandangan. Gelandangan yang satu ini berbeda, dia mempunyai seorang kenalan yang berbaik hati memberikan pekerjaan kepadanya, yang tak lain adalah seseorang yang memberikannya sekotak nasi dan bertanya berapakah usianya.

“Tidak kelaparan adalah harapanku.”

Sebuah perusahaan F&B telah merekrutnya menjadi sales makanan yang menawarkan produk tersebut kepada restoran-restoran cepat saji. Kalian ingin tahu produknya? Produknya adalah sambal. Dengan giat pagi, siang, dan malam gelandangan itu bekerja. Eh, kita tidak bisa menyebutnya gelandangan lagi karena dia adalah pegawai kantor yang dalam kurung waktu lima bulan telah menjadi staf karena penjualannya yang meroket. Kemampuannya diakui oleh atasan dan mendapatkan posisi lebih baik setingkat, walaupun staf tingkat C. Sekarang, panggil dia dengan sebutan seorang staf C.

 Staf C itu telah berbagi rezeki dengan orang-orang jalanan yang tunawisma. Makanan siap saji berbentuk nasi kotak telah ia bagikan dengan tujuan agar mereka tidak kelaparan dan segera memiliki harapan seperti dirinya dulu. Setidaknya manusia harus berharap dalam hidup.

“Kehidupan manusia lebih baik daripada seekor domba berbulu putih yang tidak bisa berharap dalam hidupnya,” ucap staf C tersebut kepada rekannya.

“Memang kamu pernah menjadi domba???”

“Asal kamu tahu saja, kehidupan pertamaku adalah seekor domba,” jawab staf C yang entah dipercaya atau tidak oleh rekannya, seolah ceritanya adalah lelucon tahun ini yang sedang trend.

“Lalu, apa harapanmu sekarang? Pasti memiliki harapan baru setelah memiliki pekerjaan bukan?”

“Apalagi kalau bukan membeli kue ulang tahun untuk diriku sendiri, itu harapan setiap orang, bahkan gelandangan pun berharap bisa meniup lilin di atas kue setahun sekali.”

•••

Hari penantian tiba.

Hari apa?

Hari saat bulan purnama kedua di awal tahun terlihat. Malam ini.

Staf C berdiri di jalanan lenggang dengan sebuah kue ditangannya bersiap membuat permohonan dan meniup lilin.

Prak.

Kue tersebut jatuh ke jalanan beraspal beserta dengan lilin yang telah mati. Lagi-lagi harapannya hilang. Seseorang dengan gas motor kecepatan tinggi telah merampas kuenya melalui angin. Ini salahnya, atau salah tangannya yang tidak menahan kue?

Waktu telah menunjukkan tengah malam lewat, artinya toko kue telah tutup dan ia gagal meniup lilin di atas kue untuk ulang tahunnya yang ke 28. Nasih memang tidak ada yang tahu. Esok hari harus kembali bekerja demi kue tahun depan. Sempat berpikir bahwa hidup sebagai domba tidak buruk juga jika hanya makan minum dan kenyang. Hidup sebagai manusia justru banyak saja harapan yang tidak tercapai.

Mulai bekerja dengan jas rapi dan sebuah tas berisi laptop yang ia tenteng memasuki lobi perusahaan. Posisinya tahun ini telah naik setahap menjadi staf B, bagus bukan? Gaji semakin besar pastinya. Kehidupan di ibu kota tidak murah bro!

Tangannya menscan kode di id card untuk dapat masuk ke dalam perusahaan. Tugasnya hari ini adalah turun ke lapangan untuk membuat inovasi baru. Berkutat di dalam dapur untuk sajian makanan baru sebagai bahan presentasi satu minggu lagi. Perusahaan telah berkembang dan mengepakkan sayapnya dengan lebar seolah dunia memberikan suntikan cahaya masa depan untuk maju. Kerja keras untuk kehidupannya telah ia lakukan siang dan malam hingga hidungnya mengeluarkan darah pun tetap mengetik di depan layar komputer menghitung pemasukan bulanan yang semakin melesat. Gaji semakin melonjak, bahkan lemburan semakin sering.

Nyatanya waktu berlalu begitu cepat hingga tiba di penghujung tahun. Tahun depan, statusnya akan menjadi staf A, yaitu staf dengan gaji tertinggi. Matanya menutup secara perlahan saat cahaya senter menyinari wajahnya. Seorang satpam membawa domba menaiki tangga menuju atap, bukannya anjing tetapi domba. Buru-buru dia berlari menaiki atap tangga dan tanpa sadar kakinya tergelincir diujung atap yang tak ada pagar lantaran pembangunan belum seratus persen selesai. Ia mati dengan mudah.

•••

Mata domba putih itu terbuka seolah dia manusia yang mengenal satu sama lain di tengah-tengah manusia yang melihat kembang api. Domba itu mendongak untuk melihat tuannya yang memegang tali di lehernya, mengajaknya naik ke atas atap perusahaan untuk melihat kondisi semua orang di atas setelah kejadian seorang staf yang terjun bebas tanpa dorongan seorang pun, bunuh diri?

“Embeeeekkkk!!”

Domba itu bisa menghela nafas. Kau ini domba ya domba saja, malah berhalu menjadi seorang staf sampai bermimpi berulang tahun di bulan purnama kedua setiap tahunnya. Nyatanya kehidupannya masih menjadi domba. Khayalannya terlalu jauh ke atas untuk seorang domba yang makan rumput dan minum air kran.

•••

Selesai

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »