Buruh Gendong Pasar Beringharjo - Tjak S. Parlan

@kontributor 3/17/2024
Tjak S. Parlan
Buruh Gendong Pasar Beringharjo




Ia ingin pagi bertahan lebih lama
di bahunya. Demi sebuah kota 
yang terjaga sepanjang hari, 
demi apa pun yang lekas tiba:
kemacetan, masa tua, petaka, 
harum kenangan, cinta yang 
bersikeras dan mengelupas

dalam hati.

Tapi dari segala, 
memang ia yang lebih dulu tiba; 
lebih gegas dari sepi angkutan kota, 
dari tak-tik-tuk andong, dari gerak becak
yang terayap-rayap, dari siapa saja
yang masih mengantuk dan ingin
berdandan di halaman depan 

kebudayaan.

Ia ingin los-los pasar lebih lama 
terbuka menyediakan lapang 
dadanya bagi pengunjung
—para tamu agung di lapak-lapak 
segala harga, lapak-lapak segala 
kebutuhan, dari penganan hingga 
cenderamata yang tak terjangkau 

oleh tangannya yang ingin.

Ia ingin sekarung rezeki membekas 
di punggungnya yang kebas. Melangkah 
ke lantai dua atau tiga dan memandang selasar 
Beringharjo membentang di bawah kakinya 
seraya membayangkan sate kere
—kesejahteraan paling prasaja

menjelang sore.

Ia rindu pulang ke rumah
sementara waktu, sebelum kembali 
menggendong hari-hari. 

Peresak Tempit, 1 Oktober 2023

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »