Kreativitas Menolak AI - Efen Nurfiana

@kontributor 9/17/2023

Kreativitas Menolak AI

Efen Nurfiana


 

Berbicara mengenai kemajuan dan kemudahan teknologi, sekaligus membawa kepala kita menuju kemungkinan kelahiran dan kematian kreativitas. Ini sebuah pertarungan, antara gerak kreativitas dan pola-pola yang telah disediakan teknologi untuk memalsukannya.

Konsep menulis menggunakan AI, bertentangan dengan segala sesuatu yang tampak jelas dan “alami” dari sebuah kreativitas. Analogi sederhana, pikiran manusia bergerak, baik melalui pengulangan atau membuahi ide-ide dari sebuah entitas. Kemudian, teknologi itu muncul dengan membuat salinan, atau memetakan kemungkinan arah berpikir manusia dengan mengambil data-data yang tercetus dalam medium mekanis. Mungkinkah, kita akan sampai pada tahap keaktifan ide?

Namun, perlu dicatat, bahwa ada semacam “daya tarik” dari teknologi yang menanti kita di masa depan. Bagaimana tidak, keperluan kita didesain dan dirancang di sepanjang garis virtualisasi. Antisipasi semacam ini perlu, namun seperti dua bagian yang sulit dipecah, antara kebutuhan hidup dan hasrat mencipta kita.

Membaca Cyber Graffiti (Situmorang and dkk 2004) kita akan disajikan argumentasi tentang sastra cyber yang kian meruncing, wacana yang perlu didiskusikan. Kehadiran internet dan dunia perkembangannya menunjukkan prematur pemikiran dalam ranah penciptaan ide. Oleh karenanya, harus dilakukan evaluasi dan perkembangannya harus disiasati. Sifat generasi terkini, cenderung bermain-main dan secara langsung memanfaatkan jaringan untuk menciptakan kreativitas instan.

Kreativitas, dalam versi yang diperluas, pada esensinya merupakan fungsi keseimbangan kebebasan dan menggunakan kebebasan itu. Namun kebebasan di sini, tidak lantas dapat kita maknai sebagai kebebasan menggunakan perangkat teknologi untuk menyadur kreativitas. Simulasi pemikiran yang dihasilkan perlu kita perhitungkan sebagai nilai produksi karya.

Tentu saja, lenyapnya kerja kreativitas pada akhirnya sangatlah gawat, akan tetapi menutup keseimbangan kemajuan teknologi dan budaya juga tidak kalah gawat. Seturut definisinya, menciptakan karya sastra menggunakan AI, khususnya puisi, sebagai hal yang sepenuhnya modern merupakan pelanggaran terhadap kreativitas. Boleh dibilang, apapun tujuan menulis menggunakan AI, tidak akan sama persis dengan aslinya.

Masalah AI, pada kenyataannya, dapat mempertanyakan sejumlah hal, tidak sulit membayangkan potensial konflik yang ditimbulkan dari penggunaan AI pada ranah kreativitas. Misalkan, seorang mahasiswa yang menggunakan AI dalam mengerjakan tugas dari dosen-dosennya, yang bagaimanapun upaya fatal ini mengungkapkan kepada kita kematian-kematian kreativitas. Jadi, tidak ada gagasan pemikiran yang diidealkan tentang hukum semacam ini. Itulah ironis dari situasi kita saat ini.

Perkara ini, mengingatkan saya pada buku Ilusi Vital karya Jean Baudrillard, di mana berbicara mengenai dunia virtual dan spesies buatan tertentu seperti klon. Baudrillard mengatakan, manusia adalah sesuatu yang tidak dapat diperdagangkan sebagai mata uang untuk spesies buatan tertentu, seperti klon, bahkan kalaupun klon berkinerja lebih baik, adalah “nilai yang lebih baik.” Sebagaimana pemikiran, karena pemikiran adalah hal lain yang tidak dapat ditukar, baik untuk sejumlah kebenaran objektif (seperti dalam sains) atau untuk kebenaran buatan, seperti kecerdasan buatan. (Baudrillard 2021, 25)

Tamsil ini mempersepsi situasi modern kita sebagai bentuk campur tangan teknologi digital. Sesungguhnya, banyak di antara kita yang mempertahankan proses-proses instan dengan dalih kemajuan teknologi. Insiden ini menjadi ilusi yang gawat, ketika pasokan karya yang kita punya, tanpa kita sadari bukan menjadi kepunyaan kita, melainkan produksi kecerdasan buatan yang didesain hanya memenuhi permukaan penciptaan, bukan kreativitas.

Begitulah fenomenanya, apakah kita berbicara tentang proses kreatif, pergerakannya, pertumbuhannya, atau hanya mempertahankan eksistensi keberadaannya. Kendati, dengan analogi proses penciptaan melalui prosedur yang canggih seperti AI, kita tidak dapat hanya berbicara hipotesis teknis semacam ini. Akan tetapi, mengacu kepada ilmu pengetahuan tentang jalan keluar.

Jika kita tengok, website AI berjamuran di internet seperti perplexity, consensus, Elicit dan lainnya. Penggunaan website AI dapat berupa menjawab pertanyaan, membuat pernyataan, menciptakan gagasan, argumen atau lainnya. Polemik ini yang perlu kita urai dan diskusikan lebih jauh, bagaimana proses kreatif dan penciptaan ide, kemudian melibatkan kecerdasan buatan seperti AI.

Melalui pemahaman yang amat sekilas, dengan terobosan penciptaan ide demikian, tentunya kita akan menjadi pribadi yang dimusuhi Rollo May. Pertama-tama mari kita perhatikan, wawasan mengenai kreativitas telah dipikirkan secara rasional olehnya, ditulis dalam buku Kreativitas dan Keberanian (May 2019) setebal 252 halaman, kemudian kita lebih nyaman berada dalam suatu keadaan yang penuh keganjilan-keganjilan, yang tidak masuk akal mengenai penemuan ide.

Dalam pergulatan yang dinamis, persoalan ini lebih menyerupai sebuah pertempuran (jika saya boleh menyebutnya demikian). Namun, di kemudian hari terobosan penciptaan ide menggunakan AI akan semakin membuktikan keguncangan kreativitas. Pada momen lahirnya terobosan penciptaan ini, muncul suatu pemikiran instan dan mungkin ada ide yang sepenuhnya tertimbun dalam pemikiran kita. Kelangsungan intelektual kita kemudian lahir dalam bentuk rasa bersalah terhadap kerja kreatif, rasa puas dan kegembiraan berpartisipasi dalam sebuah penciptaan akan semakin samar. Inilah yang disebut Rollo May sebagai kebenaran kreatif.

Pada titik krusial, karya yang dibuat melalui AI hanya mampu memverifikasi dan memproyeksikan pengetahuan umum, tidak memunculkan perluasan ide. Sebab prinsip dan dalilnya bersifat ilusi, muncul dalam bentuk jejak virtual, tidak terjadi melalui tindakan kritis dan murni. Bahkan ketika itu menjadi suatu bencana, satu-satunya kebenaran untuk menulis adalah berpikir dan melalui proses-proses kreatif, yang murni dan memiliki kesadaran logis.

Sebagaimana Rollo May, yang memandang kreativitas harus dilihat melalui kerangka kerja ilmuwan atau seniman, pemikir juga ahli estetika; dan orang tidak perlu menghilangkan luasnya makna kreativitas seperti yang tercermin dalam diri tokoh-tokoh teknologi modern. Selain itu, Webster juga menyebutkan, hakikat kreativitas sebagai proses penciptaan atau menjadikan suatu menjadi ada. (May 2019, 75)

Bagian ini, mengantarkan kita kepada mekanisme tindakan-tindakan kreativitas yang muncul berbarengan dengan kesadaran atas potensi-potensi yang dimiliki manusia. Seorang profesor bidang ilmu pendidikan bahasa dan sastra Indonesia dari salah satu universitas di Purwokerto, menampilkan sebuah wacana realitas yang mungkin dapat membantu menjelaskan kepada kita tentang formula penciptaan. Pada mulanya, penciptaan sebuah karya (baca: puisi) dengan membuat-buat ekspresi, mengondisikannya, menunggu, dan mencari ilham. Proses pencarian ilham pada konsep ini tidak hanya berhenti pada kata “menunggu,” akan tetapi mencari melalui satu-dua kata, menuliskannya, dan mencorat-coretnya, sampai menemukan hikmah puisi yakni indah dan bermanfaat. (Wachid B. S 2022)

Sekarang, kita sampai pada satu perbedaan antara kreativitas dan penciptaan melalui kecerdasan buatan, seperti AI. Kreativitas merupakan usaha-usaha mengaktifkan tindakan kreatif, seperti yang sering dikatakan oleh Rollo May, kreativitas asli selalu ditandai oleh suatu intensitas kesadaran. (May 2019, 82) Sementara itu, penciptaan yang diperoleh melalui AI bukanlah intensitas yang dikendalikan oleh kesadaran. Akhir kata, betapa kreativitas begitu kuat ketika dilahirkan dari suatu kerja intelektual yang penuh gairah. Intensifikasi kesadaran ini memberi kapasitas berpikir yang lebih tajam, termasuk proses pengindraan dan penajaman persepsi.


            Barangkali kesadaran semacam ini juga yang dimaknai oleh kajian-kajian Frank Barron mengenai pribadi-pribadi kreatif, bagaimana proses kreatif mampu memberi sumbangan keilmuan bagi bidang-bidang yang ditekuni.
(May 2019, 161)

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »