Terhubung dengan Kehidupan melalui Novel The Midnight Library - Abadina Ukhtisiwi

@kontributor 11/06/2022

Terhubung dengan Kehidupan melalui Novel The Midnight Library

Abadina Ukhtisiwi



Pernahkah kamu merasa hidup ini tidak berarti seolah-olah kamu adalah orang yang paling menderita di dunia ini Alhasil kamu berandai-andai menjalani kehidupan lain yang tampak lebih bahagia atau bahkan bagian terburuknya sampai ingin mengakhiri hidup. Perasaan semacam ini kerap dirasakan orang-orang saat hidupnya berada dalam fase terpuruk. Entah karena persoalan dari lingkup keluarga, teman, sekolah, pekerjaan, ataupun lainnya.

Perasaan berada di titik terendah dalam hidup seperti diterangkan di atas menjadi topik utama dalam novel The Midnight Library karya Matt Haig. Matt Haig adalah seorang novelis dan jurnalis Inggris yang telah menulis beberapa buku best seller, salah satunya, yaitu The Midnight Library yang terbit pada tanggal 13 Agustus 2020 oleh Penerbit Canongate Books dan ada pula versi terjemahan Bahasa Indonesianya yang diterbitkan setahun kemudian, tahun 2021 oleh Penerbit Gramedia Pustaka Utama. Novel ini telah mendapat beberapa penghargaan, seperti The Winner of Goodreads Choice Award for Best Fiction 2020 dan The New York Times Best Seller.

Merujuk kepada judul, novel ini menceritakan kemunculan sebuah perpustakaan di tengah malam, di saat seorang perempuan bernama Nora Seed mencoba mengakhiri hidupnya. Nora melakukan hal tersebut karena merasa dirinya telah gagal dalam melakukan apapun. Ia meyakini bahwa pilihan-pilihan yang telah diambil sepanjang hidupnya salah. Baginya, dunia telah berakhir. Alih-alih berhasil dalam mengakhiri semuanya, Nora justru terjebak di perpustakaan, antara hidup dan mati, dengan jutaan buku berisi kisah hidupnya jika ia mengambil pilihan yang berbeda. “Setiap kehidupan mengandung berjuta-juta keputusan. Beberapa besar, beberapa kecil. Tetapi setiap kali satu keputusan menumbangkan keputusan lainnya, hasil akhirnya akan berbeda. Variasi-variasi yang tak bisa diubah terjadi, yang pada gilirannya mengarah pada variasi-variasi lain lagi. Buku-buku ini merupakan portal ke semua kehidupan yang mungkin saja kau jalani.” —Mrs. Elm, seorang pustakawati di sekolah Nora dahulu yang mendadak muncul bersamaan dengan perpustakaan tengah malam.

Sepanjang membaca novel ini, kita akan diajak mengarungi ruang dan waktu walau waktu di perpustakaan tengah malam berhenti, mencoba berbagai kehidupan Nora yang berbeda. Ada tempat di mana hidup Nora memiliki karier yang mumpuni, sukses dengan band-nya, menikah dengan kekasihnya, memiliki keluarga kecil yang bahagia, akur dengan kakaknya, dan masih banyak lagi. Kehidupan-kehidupan itu tampak lebih indah untuk dijalani dibanding kehidupan Nora di mana ia menenggak pil hingga overdosis. Namun, semua kehidupan itu hanya terlihat sempurna untuk sementara waktu. Pada kenyataannya, seperti yang ia sadari, ada banyak tantangan baru yang menunggu, seperti saat Nora mencoba kehidupan yang ia kira di sana akan bertemu Volts—kucingnya yang masih hidup, namun kehidupan yang ia inginkan itu ternyata tidak ada. Mrs. Elm tidak memberi tahunya dari awal “Karena, Nora, kadang satu-satunya cara untuk belajar adalah dengan hidup.” Eksplorasi Nora tentang dirinya ditampilkan dengan sangat menarik ketika ia mencoba memahami apa yang benar-benar penting dalam hidupnya. “...masalahnya adalah… apa yang kita anggap sebagai rute paling sukses untuk kita ambil ternyata salah. Karena seringkali anggapan kita mengenai kesuksesan merupakan konsep omong kosong eksternal tentang prestasi—medali olimpiade, suami ideal, gaji tinggi. Kita semua memiliki ukuran ini, yang kita coba dan kita capai. Padahal kesuksesan sebenarnya adalah sesuatu yang tidak bisa kita ukur, dan hidup bukanlah perlombaan yang bisa kita menangi. Semua itu… omong kosong, sebetulnya…” —TED Talks Nora saat menjalani hidup sebagai atlet renang yang mendapatkan banyak medali emas. Ada pula perkataan Mrs. Elm yang begitu singkat tetapi sangat penting untuk diingat oleh setiap orang agar tidak memiliki penyesalan, “Jangan pernah meremehkan arti penting dari hal-hal kecil.”

Novel ini memuat beragam kalimat motivasi dalam memaknai kehidupan, ada yang mengajarkan cara dalam memandang emosi kehidupan, seperti saat Nora menjalani kehidupan sebagai vokalis band yang sukses dan tengah diwawancarai, ia mengatakan bahwa “... segala sesuatunya akan lebih mudah kalau kita paham tidak ada satupun cara hidup yang bisa memberimu kekebalan terhadap kesedihan. Bahwa kesedihan merupakan bagian intrinsik kebahagiaan. Kau tidak bisa mendapatkan yang satu tanpa mengalami yang lain. Tentu saja, mereka datang dalam beragam tingkat dan kuantitas berbeda, tetapi tidak ada kehidupan tempat kau bisa terus-menerus berbahagia untuk selamanya. Menghayalkan kehidupan semacam itu hanya akan menumbuhkan semakin banyak ketidakbahagiaan dalam kehidupan yang tengah kau jalani.” Banyak juga bagian isi dalam novel yang membahas terkait rasa penyesalan, “... masalah sebenarnya bukanlah kehidupan-kehidupan yang kita sesali tidak kita jalani, melainkan rasa sesal itu sendiri. Rasa sesal yang membuat kita mengerut, layu, dan terasa seperti musuh terbesar diri kita sendiri dan orang lain. Kita tidak bisa tahu apakah versi-versi lain itu akan lebih baik atau lebih buruk. Kehidupan-kehidupan itu tengah berlangsung, betul, tapi kau juga tengah berlangsung, dan kita harus berfokus pada “berlangsung” itu. Kita tidak perlu melakukan segalanya dalam rangka menjadi segalanya, karena kita sendiri sudah tak terbatas. Selagi kita masih hidup, kita selalu memiliki masa depan dengan beribu kemungkinan.”

Alur cerita dalam novel ini dikemas dengan apik karena memuat begitu banyak pengalaman emosional berbeda yang menyertai kehidupan hingga dapat menggugah pikiran para pembaca. Novel ini juga dapat menjadi sarana dalam refleksi diri untuk merenungkan kehidupan yang sedang dijalani, keputusan yang telah diambil, bagaimana kita memandang masa depan, menyadari tentang berapa banyak potensi yang dimiliki, dan membayangkan kemungkinan tak terbatas dalam hidup. “Menarik… bagaimana hidup terkadang memberimu perspektif yang sama sekali baru dengan menunggu cukup lama bagimu untuk melihatnya.”—Nora Seed.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »