Jang Sukmanbrata
KOTA KITA TEMARAM
masa silam yang hilang
yang bisa datang tiba-tiba berupa kota
tak ada keraguan menjadi jalan terjal
semua itu warna, rasa di kaki - di tangan
lorong kota serupa rambut dibelah dua
tak sedikit memberikan kemustahilan, pertanyaannya
bagai undangan pohonan taman yang remang, batuk
suka ditahan khawatir belalang lumut tembok meloncat
lalu hidupnya dimainkan si raja kelana
Kita punya warisan ilmu mengecilkan diri
namun tak punya warisan puisi bernyali
sebab leluhur agung sukanya ke matahari
Sampai mati aku disini, di tanah hening:
lampu temaram
jalan ke rumah terang
bayang menghilang
/bukit Padalarang, 28 Jan. 2022