Listio Wulan Nurmutaqin
Kepada Napal Melintang*
1/
Di tepi nyeri, lungkrahku menjelma geligi yang amat sangsi. Dan ingatan tak pernah mampu menatah batu-batu tajam. Ia hanya tahu cara melukai kaki yang memijak. Dan mengiris-iris intan dari bagian tubuh ini, takdir tetap membuatku jatuh di danau sunyi: _terendam dalam_
2/
Hari semakin hirap, ia juga memasung kekalahan diri. Setelah terjerat rupamu yang laksmi. Paku matamu: kaca berkilauan
Kesakitan ini begitu muskil.
“seperti bapak yang mengangkangimu Napal”
Ia berlumur hasrat yang garib birahi. Padahal telah kukorbankan diri—ritus cintamu, dengan tujuh tiang luka yang abadi.
3/
Kata-kata hanya selubung sajak-sajakku yang berkabung. Ia berkilap ke segala arah pada malam purnama—abad-abad setelah nasib menertawaiku lagi.
Bekasi, 5 Januari 2022
*Napal Melintang: Legenda Danau Kaco, Jambi